A.
KEBUTUHAN
GIZI BAGI ATLET
Secara alami pertumbuhan fisik seseorang
akan sangat dipengaruhi oleh asupan makanan yang diterimanya. Genetik yang baik
untuk seorang kandidat atlit olahraga prestasi tanpa asupan gizi yang baik,
pertumbuhan fisiknya tidak akan sempurna. Hal lain yang sangat mempengaruhi
perkembangan fisik tersebut adalah aktifitas fisik yang dilakukan sepanjang
kehidupannya, apakah itu berupa latihan yang teratur dan terprogram ataupun
kegiatan fisik lainnya. Kedua hal ini merupakan faktor pembentuk dasar utama
dalam olahraga prestasi (Sidi, 2007).
Beberapa atlet dengan latar belakang
berbagai cabang olah raga menunjukan bahwa gizi dan olah raga secara
bersama-sama akan menghasilkan prestasi yang baik. Dengan menggunakan strategi gizi
untuk olah raga baik sebelum, selama dan sesudah latihan dapat membantu atlet
mencapai performa terbaik mereka. Setiap cabang olah raga punya kebutuhan gizi
yang berbeda, akan tetapi secara umum telah diakui bahwa energi dan cairan
merupakan 2 (dua) zat gizi yang perlu diprioritaskan, oleh karena itu harus
tercukupi kebutuhannya.
Kecukupan konsumsi setiap hari
disesuaikan dengan jenis olahraga yang dilakukan. Untuk mencukupi kebutuhan zat
gizi maka harus menyusun menu seimbang yang dipergunakan sebagai penuntun. Sedangkan
untuk menentukan kebutuhan kalori, perlu dilakukan pengelompokan cabang- cabang
olahraga ke dalam 4 kelompok yaitu olahraga ringan, sedang, berat dan berat
sekali.
Pengelompokan Cabang Olahraga:
1. Olahraga
ringan : Menembak Golf Bowling
Panahan
2. Olahraga
sedang : Atletik Bulutangkis Bola
basket Hockey Soft ball Tenis meja, Tenis Senam Sepak bola
3. Olahraga
berat : Renang Balap sepeda
Tinju Gulat Kempo Judo
4. Olahraga
berat sekali : Balap sepeda jarak jauh ( > 130 km ) Angkat besi, Marathon
Rowing.
B.
ZAT
GIZI YANG DIBUTUHKAN OLEH ATLET
1.
Karbohidrat
Sumber utama karbohidrat terdapat di
makanan pokok, bahan makanan pokok masyarakat kita adalah beras, sagu, terigu,
jagung, ubi jalar, singkong, talas, kentang dll. Di dalam tubuh karbohidrat
merupakan salah satu sumber utama energi. Karbohidrat merupakan sumber energi
yang paling murah. Karbohidrat yang tidak dapat dicerna tidak dapat
menghasilkan energi, misalnya selulosa, galaktan dan pentosan, jadi tidak akan
menyebabkan kegemukan, dan sangat baik untuk membantu proses pencernakan.
Karbohidrat
dicerna dalam satu sampai tiga jam; protein dalam tiga sampai empat jam; lemak
antara empat sampai lima jam. Memberi perhatian terhadap berapa lama suatu
makanan untuk dicerna dapat membantu atlet dalam memilih makanan. Makanan pokok dengan daging rendah
lemak, segelas susu, sayuran dan buah-buahan serta biskuit merupakan menu yang
baik misalnya untuk pemain basket dua atau tiga jam sebelum latihan.
Sebaliknya, segelas jus buah-buahan atau susu dan biscuit dapat dicerna dengan
cepat dan merupakan pilihar yang baik satu jam sebelum latihan basket.
Rekomendasi karbohidrat untuk atlet
berkisar dari 6 to 10 gIkgj1. Beban tubuh Idj1 (2.7–4.5 gIlbj1 beban tubuh Idj1).
Karbohidrat mempertahankan tingkat glukosa darah pada saat melakukan latihan
olahraga dan mengganti glycogen otot. Jumlah yang dibutuhkan tergantung dari
jumlah pemakaian energy sehari-hari, tipe dari olahraga, sex dan kondisi
situasi lingungan.
2.
Protein
Semua hayat hidup sel berhubungan dengan
protein karena itu protein sangat lah penting. Protein terdiri dari unsur C, H,
O, dan N. Berdasarkan komponen yang menyusun protein, maka dapat dibedakan
menjadi 3 bagian yaitu
a. Protein
sederhana (simple protein) adalah hasil hidrolisa total protein jenis ini
merupakan campuran yang hanya terdiri atas asam-asam amino,
b. Protein
komplek adalah hasil hidrolisa total dari protein jenis ini, selain terdiri
atas berbagai jenis asam amino, juga terdapat komponen lain, misalnya unsur
logam, gugusan phosphst dsb (contoh: hemoglobin, lipoprotein, glycoprotein,
c. Protein
derivat, ini merupakan ikatan antara sebagai hasil hidrolisa parsial dari protein
native, misalnya albumosa, peptone dll.
Rekomendasi Protein untuk atli yang
dilatih endurance dan Strength berkisar dari 1.2 hingga 1.7 gIkgj1 berat
badantIdj1 (0.5–0.8 gIlbj1 berat badantIdj1). Rekomendasi untuk pemasukkan
protein ini secara umum bisa dicapai hanya dengan melakukan diet, tanpa
pemakaian protein atau suplemen amino acid. Kecukupan pemasukkan Energy
diperlukan untuk memelihara berat badan untuk pemakaian protein yang optimum
dan performance.
3.
Lemak
Lemak adalah zat makanan yang paling
banyak menghasilkan energi, dimana tiap 1 gram lemak menghasilkan 9 Kcal. Lemak
dalam bentuk padat disebut lemak, seangkan lemak dalam bentuk cair disebut
minyak. Lemak yang berbentuk padat umumnya terdiri dari lemak jenuh, dan
berasal dari hewani. Lemak jenuh dikenal dapat meninggikan kolesterol di dalam
badan.
Lemak tak jenuh ada 2 macam, yaitu
a. Lemak
tunggal tak jenuh yang hanya mempunyai satu ikatan rangkap. Lemak ini tidak
meyebabkan peningkatan atau penurunan kolesterol didalam tubuh;
b.
Lemak majemuk tak jenuh yang
mempunyai dua atau lebih ikatan rangkap, lemak ini lebih banyak terdapat
didalam minyak tumbuh-tumbuhan dan minyak ikan dan berfungsi menurunkan
kolesterol.
Pemasukkan lemak harus berkisar dari 20%
hingga 35% Dari jumlah total pemasukkan energy. Mengkonsumsi ≤20% energy dari
lemak tidak memberi manfaat kepada performance. Lemak, adalah sumber dari
energy, vitamin lemak yang dapat larut dan fatty acids yang essensial, adalah
penting untuk dimasukkan kedalam diet atlet. Atlet tidak direkomendasikan untuk
melakukan diet lemak yang tinggi. Bahan
makanan yang banyak mengandung lemak jenuh antara lain es krim, krim susu,
lemak babi, lemak daging gemuk coklat dll.
4.
Vitamin
dan Mineral
Banyak alasan yang tepat untuk seorang
atlet menggunakan suplemen vitamin dalam mendukung aktifitas fisiknya. Sebagai
contoh, untuk atlet cabang olahraga renang dan atletik seperti gulat, olahraga
senam, balet, para atlet melakukan diet ketat untuk menjaga keseimbangan berat
badan dan penampilan (weight-control sport), namun beberapa atlet diperbolehkan
melakukan diet ketat guna menjaga penampilan pada saat kompetisi. Penelitian
menunjukkan bahwa defisiensi vitamin yang sebagian besar adalah vitamin larut
air, dapat terjadi dengan cepat pada seseorang dengan diet rendah kalori.
Vitamin tersebut harus digantikan setiap harinya dengan suplemen vitamin.
Vitamin dan mineral terdapat pada buah-buahan, kandungannya sangat tinggi dan
baik dikonsumsi sesuai kebutuhan.
- KEBUTUHAN ENERGI
Memenuhi
kebutuhan energi adalah suatu prioritas nutrisi bagi para atlet. Optimum
athletic performance didapat dengan pemasukkan energi yang cukup. Seksi ini
akan memberi informasi yang dibutuhkan untuk menentukan keseimbangan energi
untuk seorang individu. Para atlet butuh mengkonsumsi energi yang cukup untuk
memelihara komposisi berat dan tubuh yang tepat sambil melakukan latihan olahraga
sport.
Walaupun
pemasukkan energy yang biasanya didapat oleh kebanyakan para atlet wanita yang
melakukan latihan intensitas sesuai dengan jumlah para atlet pria per kilogram
berat badan, sebagian atlet wanita mengkonsumsi energy lebih sedikit daripada
pemakaian mereka. Pemasukkan sedikit energi untuk atlet wanita adalah suatu
keprihatinan yang utama karena kondisi gigih dari keseimbangan energi negatif
bisa mengakibatkan kehilanganberat badan dan disrupsi dari fungsi endocrine.
Pemasukkan
energy yang tidak cukup sehubungan dengan pemakaian energy mengkompromasikan
performance dan meniadakan manfaat dari latihan. Dengan pemasukkan energy yang terbatas,
jaringan lemak dan tidak berlemak akan dipakai oleh tubuh sebagai Energi.
Tabel.1
Kebutuhan Energi Saat Olahraga
Berdasarkan
Berat Badan (Kal/menit)
Aktivitas
|
Berat Badan (Kg)
|
||||
50
|
60
|
70
|
80
|
90
|
|
Sepakbola
|
7
|
8
|
9
|
10
|
12
|
Lari:
|
|||||
·
5,5 menit/km
|
10
|
12
|
14
|
15
|
17
|
·
5 menit/km
|
10
|
12
|
15
|
17
|
19
|
·
4,5 menit/km
|
11
|
13
|
15
|
18
|
20
|
·
4 menit/km
|
13
|
15
|
18
|
21
|
23
|
Jalan Kaki
|
|||||
·
10 menit/km
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
·
8 menit/km
|
6
|
7
|
8
|
10
|
11
|
·
5 menit/km
|
10
|
12
|
15
|
17
|
19
|
Tabel 2:Kebutuhan Energi Pada
Macam-macam
Cabang
Olahraga(Kkal/Kg BB/24 jam)
Olahraga ringan
|
Olahraga sedang
|
Olahraga berat
|
Olahraga berat sekali
|
|
Laki-laki
|
42
|
46
|
54
|
62
|
Wanita
|
36
|
40
|
47
|
55
|
Tabel 3: Kebutuhan Energi Berdasarkan
Aktivitas
Olahraga (kalori/menit)
Aktivitas Olahraga
|
Berat Badan (kg)
|
|||||
50
|
60
|
70
|
80
|
90
|
||
Balap Sepeda
|
9
km/jam
|
3
|
4
|
4
|
5
|
6
|
15
km/jam
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
|
bertanding
|
8
|
10
|
12
|
13
|
15
|
|
Bulutangkis
|
5
|
6
|
7
|
7
|
9
|
|
Bola basket
|
7
|
8
|
10
|
11
|
12
|
|
Bola voli
|
2
|
3
|
4
|
4
|
5
|
|
Dayung
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
|
Golf
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
|
Hocky
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
|
Jalan Kaki
|
10
menit/km
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
8
menit/km
|
6
|
7
|
8
|
10
|
11
|
|
5
menit/km
|
10
|
12
|
15
|
17
|
19
|
|
Lari
|
5,5
menit/km
|
10
|
12
|
14
|
15
|
17
|
5
menit/km
|
10
|
12
|
15
|
17
|
19
|
|
4,5
menit/km
|
11
|
13
|
15
|
18
|
20
|
|
4
menit/km
|
13
|
15
|
18
|
21
|
23
|
|
Gaya
bebas
|
8
|
10
|
11
|
12
|
14
|
|
Gaya
punggung
|
9
|
10
|
12
|
13
|
15
|
|
Gaya
dada
|
8
|
10
|
11
|
13
|
15
|
|
Senam
|
3
|
4
|
5
|
5
|
16
|
|
Senam Aerobik
|
Pemula
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
Terampil
|
7
|
8
|
9
|
10
|
12
|
|
Tenis lapangan
|
Rekreasi
|
4
|
4
|
5
|
5
|
6
|
Bertanding
|
9
|
10
|
12
|
14
|
15
|
|
Tenis meja
|
3
|
4
|
5
|
5
|
6
|
|
Tinju
|
Latihan
|
11
|
13
|
15
|
18
|
20
|
Bertanding
|
7
|
8
|
10
|
11
|
12
|
|
Yudo
|
10
|
12
|
14
|
15
|
17
|
D. PENGATURAN MAKAN
Tujuan
pengaturan makanan pada atlet adalah:
Ø Mempertahankan
dan memperbaiki status gizi agar tidak terjadi kurang gizi atau gizi lebih
(kegemukan).
Ø Memelihara
kondisi tubuh dan menjaga kesegaran jasmani.
Ø Membiasakan
atlet mengatur diri sendiri untuk makan makanan yang seimbang.
Ø Membentuk
otot dan mencapai tinggi badan optimal.
1. PERIODE PELATIHAN
Dalam periode pelatihan, pengaturan
makan harus dilakukan selain dilaksanakan di Pusat Pelatihan juga harus
dilakukan pada saat berada di rumah. Prinsip utama pengaturan makanan pada
periode ini adalah tersedianya energy yang cukup untuk berlatih dan untuk
menghindari pencernaan masih bekerja pada waktu pelatihan sedang berlangsung.
Selain memperhatikan kandungan zat gizi dari makanan, pengaturan makanan juga harus
memperhatikan pola latihan yang diterapkan. Selain sebagai sumber energi, bahan
makanan yang dipilih harus juga mengandung berbagai macam vitamin dan mineral,
sehingga kebutuhan zat gizi lainnya juga dapat terpenuhi. Seusai latihan,
makanan yang dikonsumsi harus mengandung energi yang cukup, terutama makanan
yang mengandung karbohidrat, mineral dan air untuk mengganti cadangan energi
yang telah dipakai selama latihan.
2. PERIODE PERTANDINGAN
Makanan untuk atlet diatur agar tidak
mengganggu pencernaan sewaktu pertandingan. Selain itu, makanan yang
dihidangkan harus mengandung gizi seimbang dan sudah dikenal oleh atlet (atlet
sudah biasa mengkonsumsi makanan tersebut).
3.
PRA PERTANDINGAN
Kira-kira 3-4 jam sebelum pertandingan,
atlet dapat mengkonsumsi makanan lengkap. Makanan sebaiknya mudah dicerna, rendah
lemak, rendah serat, dan tidak menyebabkan masalah pada pencernaan atlet (tidak
terlalu pedas, dan tidak mengandung bumbubumbu tajam serta tidak berlemak).
Sedangkan makanan kecil/ minuman (biskuit, teh manis, jus buah, dll) bisa
diberikan kira-kira 1-2 jam sebelum pertandingan.
4.
SELAMA PERTANDINGAN
Minum air sebanyak 1-1,5 gelas 1 jam
sebelum pertandingan dan saat istirahat (waktu jeda) sangat dianjurkan. Minum
air selama pertandingan juga harus dilakukan setiap ada kesempatan, jangan menunggu
sampai timbul rasa haus. Air minum dapat ditambah 1 sendok teh gula dan 1/4
sendok teh garam dalam 1 gelas air.
5.
PASCA PERTANDINGAN
Segera setelah selesai pertandingan,
atlet harus segera minum air dingin (suhu 10-15 Celcius) sebanyak satu gelas.
Kemudian dapat dilanjutkan dengan sari buah/air + gula + garam. Kemudian dapat diberikan
makanan padat yang mudah dicerna seperti biskuit atau bubur halus dalam porsi
kecil.
6.
SETELAH RASA LETIH BERKURANG
Lebih kurang 3-4 jam setelah
pertandingan, atlet dapat diberikan makanan biasa dengan gizi seimbang sesuai
dengan kebutuhan.
7.
PERIODE PEMULIHAN (RECOVERY)
Periode setelah pertandingan atau
periode istirahat aktif, atlet dapat makan makanan biasa untuk mempertahankan
dan meningkatkan kondisi fisik. Pada prinsipnya makanan pada periode recovery
sama dengan makanan pada periode pelatihan. Pemantauan status gizi secara
berkala harus tetap dilaksanakan pada periode ini dan juga periode latihan.
Misalnya dengan menimbang berat badan setiap hari dan mengukur tinggi badan
setiap bulan untuk menghitung IMT (Indeks Massa Tubuh).
E. MASALAH GIZI PADA
ATLET REMAJA
Masalah
gizi pada atlet remaja diantaranya adalah gangguan keseimbangan air dan
elektrolit, amenore pada atlet wanita, dan osteoporosis olahraga. Penyebab
utama masalah gizi tersebut adalah intensitas latihan fisik yang terlalu tinggi
yang tidak mampu dikompensasi fisiologis tubuh dan tekanan mental yang berat
akibat kompetisi. Kedua hal tersebut menyebabkan gangguan sistem endokrin dalam
tubuh. Gangguan metabolisme kalsium yang erat hubungannya dengan hormon juga
mengalami gangguan sehingga terjadi penurunan kepadatan tulang (osteoporosis).
Lebih lanjut, kerapuhan tulang yang terjadi secara laten dapat meningkatkan ketahanan
tulang terhadap trauma fisik atau dengan kata lain meningkatkan terjadinya
fraktur patologis.
1.
Gangguan keseimbangan air dan elektrolit
Gangguan
keseimbangan air dan elektrolit dapat terjadi pada jenis olahraga endurance
yang berlangsung lama. Keseimbangan air dan elektrolit sangat penting pada
atlet cabang olahraga endurance. Oleh karena akan mengganggu produksi energi
dan pengaturan suhu tubuh. Cairan sangat penting untuk mengalirkan zat gizi dan
oksigen ke dalam otot skelet untuk tujuan kontraksi.
Penggantian
cairan pada atlet endurance apabila hanya minum air tawar dapat menyebabkan
hiponatremi. Oleh karena dalam tubuh jumlah air dan sodium tidak seimbang.
Untuk itu, pemberian cairan harus mengandung karbohidrat dan elektrolit. Hal
ini dimaksudkan selain untuk mencegah terjadinya hiponatremi, juga untuk
mencegah hipoglikemik.
2.
Amenore pada atlet wanita
Pada
atlet putri yang amenore juga terjadi penurunan kadar estrogen akibatnya juga
pada wanita muda bukan terjadi peletakan tulang tetapi justru penurunan massa
tulang yang berarti wanita itu akan mempunyai risiko lebih besar untuk
dikemudian hari menderita osteoporosis dan patah tulang. Penyebab amenore pada
atlet belum seluruhnya dapat dimengerti. Telah diketahui berbagai faktor
risiko. Rupanya beberapa atlet putri lebih rentan terhadap stress tertentu.
3.
Osteoporosis olahraga
Kalsium
tubuh : 99 % terdapat dalam tulang skelet. Fungsi utama kalsium dalam tubuh
adalah peranannya dalam tulang dan kini kalsium banyak disorot dalam hubungan
keropos tulang (osteoporosis). Osteoporosis merupakan proses menua yang lebih
menonjol pada wanita yang mengakibatkan tulang jadi lebih tipis dan rapuh.
Faktor yang mempengaruhi hilangnya kalsium tulang adalah menurunnya hormon
estrogen setelah menopause yang menyebabkan massa tulang menurun dengan cepat.
F.
FAKTOR PENYEBAB MASALAH GIZI PADA ATLET
Berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya masalah gizi pada atlet remaja
antara lain :
a)
Intensitas latihan
fisik yang terlalu tinggi yang tidak mampu dikompensasi fisiologis tubuh
Menyebabkan
gangguan sistem endokrin dalam tubuh yang sangat diperlukan tubuh untuk menjaga
stamina agar tetap stabil.
b)
Tekanan mental yang
berat akibat kompetisi olahraga.
Menyebabkan
gangguan sistem endokrin dalam tubuh. Gangguan metabolisme kalsium yang erat
hubungannya dengan hormon juga mengalami gangguan sehingga terjadi penurunan
kepadatan tulang (osteoporosis). Lebih lanjut, kerapuhan tulang yang terjadi
secara laten dapat meningkatkan ketahanan tulang terhadap trauma fisik atau
dengan kata lain meningkatkan terjadinya fraktur patologis.
c)
Kebiasaan makan yang buruk
Kebiasaan makan yang buruk yang
berpangkal pada kebiasaan makan keluarga yang juga tidak baik sudah tertanam
sejak kecil akan terus terjadi pada usia remaja. Mereka makan seadanya tanpa
mengetahui kebutuhan akan berbagai zat gizi dan dampak tidak dipenuhinya
kebutuhan zat gizi tersebut terhadap kesehatan mereka.
d)
Pemahaman gizi yang keliru
Tubuh yang
langsing sering menjadi idaman bagi para remaja terutama remaja wanita. Hal itu
sering menjadi penyebab masalah, karena untuk memelihara kelangsingan tubuh
mereka menerapkan pengaturan pembatasan makanan secara keliru. Sehingga
kebutuhan gizi mereka tak terpenuhi. Hanya makan sekali sehari atau makan
makanan seadanya, tidak makan nasi merupakan penerapan prinsip pemeliharaan
gizi yang keliru dan mendorong terjadinya gangguan gizi.
- Petunjuk Umum Tata Gizi pada Atlet
1. Makanan yang bervariasi
Pesantai
maupun orang yang sedang berlatih, tentu perlu makanan yang bervariasi yang
meliputi 4-sehat 5-sempurna sejumlah kira-kira 6500 kJ (1500 kcal)/ hari. Atlet
selama latihan dan pertandingan memerlukan jumlah kalori 2 – 3 kali lebih
banyak.
2.
Kendalikan berat badan
Patokan
misalnya tinggi badan (TB) / berat badan (BB) atau Index Massa Tubuh yang
digunakan untuk menilai akseptabilitas BB orang dewasa, tidaklah tepat untuk
atlet karena tidak memberikan informasi tentang komposisi tubuh. Misalnya,
atlet dengan keangka tulang dan massa otot yang besar dapat dianggap sebagai
kelebihan berat badan (over weight), padahal kandungan lemaknya sedikit.
Pengukuran komposisi tubuh yntuk atlet lebih baik dengan menggunakan jumlah
logaritma dari delapan lipatan kulit (skinfold) dengan lokasi 2 pada lengan
atas, 4 pada tubuh dan 2 pada extremitas bawah dan nilai ini dapat
diperbandingkan dengan nilai-nilai individu yang lain. BB ideal atau BB
kompetitif harus diperoleh perlahan-lahan diluar masa pelatihan dan harus
dipelihara selama masa pelatihan dan kompetisi untuk mencegah dampak buruk.
3.
Hindari
makan terlalu banyak lemak
Atlit
yang terlatih lebih banyak menggunakan lemak sebagai sumber energi dari pada
yang tidak terlatih. Atlet dengan sumber lemak tubuh yang rendah sekalipun,
ternyata mempunyai jumlah besar persediaan jaringan lemak, sehingga tidak perlu
makan extra lemak. Lemak mengandung 37 kJ / g (9 kcal/g) dan harus digunakan
tidak berlebihan, karena atlit juga rawan terhadap gangguan kesehatan
yangdisebabkan oleh tata-gizi asam lemak jenuh, walaupun olahraga itu sendiri
pada umumnya memberi manfaat bagi kesehatan para pelakunya. Penggantian atau
pengurangan lemak jenuh dalam tata-gizi (misalnya : mentega, daging gemuk,
keju, es krim, cake pada umumnya, biskuit, kue-kue kering dan coklat) dengan
lemak tidak jenuh ganda atau tunggal (misalnya : mentega tidak jenuh ganda,
minyak sayuran, kue-kue yang dimasak dengan mentega tidak jenuh ganda) dan
produk-produk susu dengan lemak rendah dan daging yang kurus, dapat memenuhi
pasokan kalori dan nutrien tanpa dampak buruk.
4.
Hindari makan terlalu banyak gula
Gula
murni atau makanan yang terlalu manis dalam menu dasar hendaknya dikurangi
karena dengan mengkonsumsi gula tidak murni yang terdapat dalam sayuran,
buah-buahan dan padi-padian juga sekaligus mendapatkan mineral dan
vitamin-vitamin yang diperlukan.
5.
Makan lebih banyak padi-padian,
sayur-sayuran dan buah-buahan
Cadangan
glikogen dalam otot penting untuk penampilan. Tata-gizi dengan CHO tinggi
diperlukan untuk mengganti glikogen otot yang habis terpakai untuk latihan.
Setiap gram CHO menghasilkan energi sebesar 16 kJ (= 4 kcal). Tata-gizi dengan
CHO-komplex tinggi dapat membantu mengatur BB,karena kandungan nilai energinya
yang relatif rendah dan cukup mengenyangkan. Tetapi untuk atlet angkat berat
makanan yang mengenyangkan ini dapat menyebabkan asupan makanannya menjadi
tidak cukup untuk memelihara BB-nya. Untuk atlet ini bila tata-gizinya telah
seimbang, kebutuhan energinya lebih mudah dipenuhi dengan menambah gula atau
asam lemak tidak jenuh tunggal atau ganda.
6.
Hindari minum alkohol
Pengaruh
buruk akut dari alkohol adalah motorik/ performance, proses berfikir dan
emosional. Dari sudut fisiologi alkohol menghambat proses glukoneogenesis
dengan akibat hipoglikemia dan meningkatnya resiko dehidrasi pada olahraga.
Hipoglikemia dalam hubungan dengan asupan alkohol dapat mengganggu
termoregulasi dan dalam hal melakukan olahraga di lingkungan dingin, dapat
menyebabkan suhu tubuh sangat menurun (hipotermia).
7.
Kurangi garam
Hal
ini bertentangan dengan keyakinan yang sudah populer yaitu bahwa atlet memerlukan
tambahan garam dalam makanannya. Asupan Natrium (Na) harian yang dianjurkan
antara 40 – 100 mMol/hari biasanya cukup untuk atlet pada umumnya. Sajian
makanan (barat) pada saat ini kandungan Na-nya antara 130-200 mMol/hari. Namun
untuk atlet-atlet daerah tropis pernyataan diatas perlu dicermati lebih lanjut,
karena pengeluaran keringat di wilayah tropis pada olahga berat dapat sangat
banyak.
SINOPSIS
Dilakukan penelitian pada
atlet di suatu cabang olahraga untuk mengetahui masalah gizi yang bisa dialami
oleh atlet tersebut. Metode penelitian yang dilakukan
yaitu observasi (pengamatan langsung). Teknik yang digunakan adalah teknik wawancara. Penelitian
dimulai dengan mencari referensi mengenai gizi yang dibutuhkan oleh seorang atlet pada suatu cabang olahraga
yang akan diteliti. Dalam upayanya untuk memenuhi
gizi yang dibutuhkan, maka harus mengacu pada petunjuk umum tata gizi untuk
atlet. Penelitian dilakukan
dengan cara mengamati pola makan dan frekuensi makan dari
atlet tersebut, selain itu juga mengamati intensitas latihan
fisik yang dilakukan oleh atlet dan mental atlet pasca bertanding untuk meneliti hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah gizi yang dialami oleh atlet
tersebut. Jika
sudah diketahui masalah gizi apa saja yang bisa ditimbulkan, kemudian melakukan analisis mengenai masalah gizi tersebut secara rinci dan memberikan
solusi mengenai masalah gizi tersebut serta memberikan pencegahannya. Diharapkan
dari penelitian tersebut dapat membantu atlet dalam menanggulangi masalah gizi
yang dapat berpengaruh terhadap performa saat bertanding.
DAFTAR
PUSTAKA
- Antonio. Penyakit Gizi Salah. Modul IKOR 2009; 5 : 1-16.
- Irianto Djokok Pekik. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan. Jogjakarta: ANDI; 2006.
- Direktorat Bina Gizi Masyarakat: “Gizi Olahraga untuk Prestasi”, Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan RI, Jakarta 1997.
4.
Hasan Muh Said. Kesegaran Jasmani Atlet
Sepakbola Pra-Pubertas. Jurnal IPTEK OLAHRAGA 2008; 10:188-102
5.
Depkes
RI. Pedoman Tata Laksana Kurang Energi
Protein Pada Anak di Puskesmas dan di Rumah Tangga. Direktorat Bina Gizi
Masyarakat 1999.
- Ilyas Ermita I. Nutrisi Pada Olahragawan. Gizi Medik Indonesia 2004; 3: 9
7.
Benson
JE, Engelbert KA, Eisenman PA, Nutritional
Aspect of Amenorrhea in the Female Athlete Triad, International Jurnal
of Sports Nutrition 1996; 6 :2
- Dewi, Fenni I. 1996. Faktor yang Mempengaruhi Remaja Kalangan Menengah Ke atas Dalam Memilih Makanan. Bogor: Skripsi Jurusan Gizi Masyarakat. FP-IPB.
9.
Anonim.
Klasifikasi Olahraga dan Proses Pemecahan Energi dalam Tubuh. Modul IKOR 2009;
1: 1-20.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar