Di berbagai daerah terpencil dan perbatasan
di Indonesia masih terdapat kekurangan
tenaga kesehatan. Ironisnya,Indonesia memiliki 73 Fakultas Kedokteran
yang tersebar di lembaga perguruan tinggi dengan lulusan yang jumlahnya
cukup memadai. Hal ini ditegaskan oleh Wakil Dekan Bidang
Administrasi, Keuangan dan
Sumber Daya Manusia Fakultas Kedokteran (FK) UGM, Suhardjo, Rabu (14/12)
dalam seminar nasional Prospek Kerja Profesi Tenaga Kesehtan. Ia
mengatakan, di daerah Papua misalnya, saat ini membutuhkan dokter
sebanyak 250 dokter umum serta tenaga kesehatan lainnya seperti perawat,
ahli gizi, dan apoteker. Jumlah ini tentunya masih dibutuhkan daerah -
daerah terpencil dan perbatasan lainnya. "Jumlah lulusan dokter di Indonesia sudah
bisa mencukupi kebutuhan di daerah. Di FK UGM saja, tiap tahunnya meluluskan 250 dokter. Namun, penempatan tenaga
dokter ini di daerah belum merata," papar Suhardjo.
Dirinya melanjutkan, meski lulusan dokter umum sudah mencukupi, untuk dokter
spesialis masih sangat minim. Lulusan dokter spesialis lebih
banyak berkiprah di kota besar di pulau Jawa ketimbang di daerah terpencil. Oleh karenanya, Untuk
menambah jumlah tenaga dokter spesialis dirinya berharap pemerintah
menambah alokasi beasiswa untuk para lulusan dokter yang mengambil pendidikan
dokter spesialis. “Selama ini mereka yang menempuh pendidikan dokter
spesialis lewat dana sendiri. Sehingga ketika bekerja pun mereka berhak
memilih sendiri tempat kerjanya,” katanya. Untuk meningkatkan pemerataan tenaga kesehatan di daerah
terpencil dan perbatasan, Suhardjo mengusulkan agar pemerintah
menggalakkan kembali program pengabdian masyarakat bagi lulusan dokter
untuk mengabdi di daerah. “Semacam wajib kerja sosial. Intinya untuk
mengabdi kepada negara dengan mereka bekerja di daerah,” usulnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar