PERBANDINGAN
KEEFEKTIFAN ANTARA IKAN CUPANG(Ctenops vittatus) DAN IKAN NILA(Oreochromis
niloticus)
DALAM MEMAKANJENTIK NYAMUK Aedes aegypti
PENDAHULUAN
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti betina. Virus didapatkan ketika menghisap darah orang yang terinfeksi.
Masa inkubasi selama 8-10 hari. Sampai saat ini belum ada obat yang spesifik
bagi penderita DB, maka upaya pencegahannya difokuskan pada pemberantasan nyamuk
Aedes aegypti sebagai vektor
penyakit.
Pemberantasan nyamuk dilakukan
dengan fogging (penyemprotan
insektisida secara aerosol) pada tempat-tempat yang disukai nyamuk, tapi hal
ini tidak efektif karena yang mati hanya nyamuk dewasanya saja, sedangkan larva
atau jentik nyamuknya masih hidup. Direkomendasikan dari WHO untuk menggunakan
Abate (insektisida bubuk yang tidak mematikan untuk manusia) dalam upaya
membunuh jentik nyamuk. Penggunaan Abate ini ternyata efektif untuk membunuh
jentik nyamuk dengan aturan pemakaian yang telah ditetapkan.
Pemberantasan
jentik nyamuk tidak hanya dilakukan dengan penggunaan zat kimia saja tetapi
juga dapat menggunakan cara biologis, yaitu dengan memakai ikan sebagai pemutus
mata rantai nyamuk (jentik nyamuk). Pemanfaatan ikan sebagai pemakan jentik dapat dijadikan salah satu
pilihan dalam pemberantasan vektor penyakit DBD. Berbagai variasi ikan telah
terbukti efektif dalam memakan jentik nyamuk, seperti Ikan Cupang dan Ikan Nila,
dua
jenis ikan ini dipilih karena kedua jenis ikan ini ekonomis, mudah didapat dan
tidak susah pemeliharaannya.
Dalam
penelitian Salim Usman dan Soemarlan (1974) menunjukkan bahwa kemampuan makan ikan
cupang (Ctenops vittatus) dalam pengamatan secara laboratorium terhadap larva
stadium II dan IV Culex fatigans minimum 15,7 ekor per hari dan maksimum
33,5 rata-rata 29,4 ekor per hari. Penelitian Taviv dan kawan-kawan (2007) menunjukkan
bahwa ikan cupang yang efektif untuk pengendalian larva Aedes adalah ukuran
4 cm atau 5cm.
Dalam penelitian ini akan dibahas
mengenai keefektifan antara ikan cupang(Ctenops vittatus)
dan ikan nila dalam memakan jentik nyamuk Aedes
aegypti. Diharapkan dari penelitian ini dapat diketahui seberapa efektif
kah antara ikan cupang(Ctenops vittatus) dan ikan nila dalam memakan
jentik nyamuk Aedes aegypti stadium
larva.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini
adalah experiment dan melakukan pengamatan. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan satu ekor ikan cupang(Ctenops vittatus) dan satu ekor ikan nila, yang masing-masing berukuran
5cm dan ditempatkan pada kontainer yang sama tapi terpisah yaitu dikotak kaca. Ukuran
5 cm dipilih berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dan kotak kaca dipilih
agar dapat dilakukan pengamatan dengan jelas. Jentik nyamuk yang dipilih
sebagai penelitian adalah pada stadium larva.
CARA KERJA
Penelitian experiment dan pengamatan
a.
Menyiapkan jentik nyamuk Aedes
aegypti, ikan cupang dan ikan nila yang akan dijadikan sebagai bahan
penelitian.
b.
Menyiapkan 2 buah kontainer (kotak kaca) yang berisi air
bersih. Memasukkan masing-masing jenis ikan kedalam kontainer yang berbeda.
c.
Memberikan jentik nyamuk 1 kali setiap hari, pada
masing-masing kontainer sebanyak 40 ekor. Pengambilan jentik nyamuk dengan
menggunakan pipet kaca.
d.
Memberikan durasi 10menit setiap kali memberikan makan jentik
dan dicatat berapa ekor jentik nyamuk yang dapat dimakan oleh masing-masing
ikan dalam waktu 10menit tersebut.
e. Melakukan seperti poin d, selama 1 minggu dan diamati.
f. Mencatat hasil pengamatan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil experiment dan pengamatan
Setelah dilakukan experiment dan pengamatan, didapatkan
hasil bahwa ikan nila lebih efektif dibanding ikan cupang dalam memakan jentik
nyamuk yang ditunjukkan dengan perolehan rata-rata ikan nila memakan jentik
nyamuk sebanyak 43 ekor setiap hari, sedangkan rata-rata ikan cupang memakan
jentik nyamuk sebanyak 35 ekor setiap hari. Untuk ukuran ikan yang digunakan
adalah 5cm, seperti penelitian sebelumnya yang memang pada ukuran ini ikan
lebih efektif dalam memakan jentik nyamuk stadium larva.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Banyaknya Jentik Nyamuk Yang
Termakan
Jenis Ikan
|
Hari ke-1
|
Hari ke-2
|
Hari ke-3
|
Hari ke-4
|
Hari ke-5
|
Hari ke-6
|
Jumlah (ekor)
|
Jumlah (ekor)
|
Jumlah (ekor)
|
Jumlah (ekor)
|
Jumlah (ekor)
|
Jumlah (ekor)
|
|
Ikan Cupang
|
36
|
35
|
33
|
37
|
32
|
39
|
Ikan Nila
|
40
|
45
|
42
|
44
|
43
|
45
|
KESIMPULAN
Ikan nila lebih efektif dibanding ikan cupang dalam
memakan jentik nyamuk Aedes aegypti stadium
larva, dengan ukuran ikan 5cm, dimana dalam ukuran tersebut ikan termasuk dalam
masa pertumbuhan dan masih sangat aktif dalam mencari makanan.
SARAN
Dalam usaha pemberantasan vektor penyakit DBD dapat
menggunakan ikan nila sebagai salahsatu jenis ikan yang efektif dalam memakan
jentik nyamuk. Ikan tersebut tergolong ekonomis dan mudah untuk dipelihara.
DAFTAR PUSTAKA
- Gandahusada, Srisasi dkk. (2006). Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga, FKUI;Jakarta
- Taviv Y, Alwi A, Budianto A, Purnama D, Betriyon. Efektifitas Ikan Cupang (Ctenops vittatus) dalam Pengendalian Larva dan Daya Tahannnya Terhadap Temephos, dalam Jurnal Ekologi Kesehatan Badan Litbang Depkes RI Vol: 6, No.2 Litbangkes Jakarta; 2007.
- Al-Akel, Ali Suliman and Mohamed Suliman Elamin. Biological control agent for mosquito larvae: Review on the killifish, Aphanius dispar dispar (Rüppel, 1829) dalam African Journal of Biotechnology Vol. 10(44). Department of Zoology, College of Science, King Saud University;2011.
- Chakraborty, Somnath. Control Of Mosquitoes By The Use Of Fish In Asia With Special Reference To India: Retrospects And Prospects dalam Journal of Human and Environtment, Vol. 15, No.3. Dept. of zoology, Asutosh College, Kolkata 700026, India; 2008.
- Taviv, Y. Saikhu, Akhmad. Sitorus, Hotnida. Pengendalian Dbd Melalui Pemanfaatan Pemantau Jentik Dan Ikan Cupang Di Kota Palembang. Bul. Penelit. Kesehat, Vol. 38, No. 4.
kalau mau lihat bab 3 ttg metodelogi penelitian gimana?
BalasHapus